Nama : Hanapi Nst
Nim : 15531015
Prodi : IQTA
Al-Qur’an adalah sumber petunjuk dan sumber hukum bagi
ummat islam, yang ketika ummat islam berpegang teguh kemudian
mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. ummat islam akan selalu terarah dan
terbimbing dalam melaksanakan aktivitas nya sehari-hari. Di samping itu kita
sebagai orang islam apalagi kita sebagai akademisian seyogyianyalah kita
mengetahui sejarah dan kandungan yang berkaitan
dengan al-Qur’an, maka dari itu pemakalah akan menjelaskan secara ringkas
tentang pengumpulan dan pemeliharaan al-Qur’an pada masa Nabi.
1.
PENGUMPULAN DAN PEMELIHARAAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI
Yang
dimaksud dengan pengumpulan Qur’an (jam’ul Qur’an) oleh para ulama adalah salah
satu dari dua pengetian berikut:
Pertama:
pengumpulan dalam arti huffazuhu (menghafalnya dalam hati). Yaitu orang
yang menghafalnya di dalam hati. Inilah makan ayang dimaksudkan dalam firma
Allah kepada Nabi-Nabi senantiasa mengetrak-gerakan kedua bibir dan lidahnya
untuk membaca Qur’an ketika Qur’an itu turun kepadanya sebelum Jibril selesai
membacakannya, karena ingin mengahafalnya:[1]
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا
جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ
إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
“
janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur’an karena hendak
cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di damu) dan membuat mu pandai membacanya. Apabila kamu telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudia, atas tanggungan kamilah penjelasannya.’’
(al-Qiyamah [75]:16-19)
Kedua:
pengumpulan dalam arti kitabullah kullihi (penulisan Al-Qur’an semuanya) baik
dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan surah-surahnya, atau menerbitkan
ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis dalam satu lembaran secara terpisah,
ataupun menerbitkan ayat-ayat dan surahnya dalam lembaran-lembaran yang
terkumpul yang menghimpun semua surah, sebagainya ditulis sesudah bagian yang
lain.
Unit-unit wahyu yang
diterima Muhammad pada faktanya, dipeliharaa dari kemusnahan dengan dua cara
utama:
1.
Menyimpannya
kedalam “dada manusia’’ atau menghafalkannya.
2.
Merekamnya secara tertulis di atas berbagai
jenis bahan untuk menulis, jadi, ketika para sarjana muslim berbicara tentang
jam’ul-Qur’an pada masa Nabi, maka yang dimaksudkan dengan ungkapan ini pada
dasarnya adalah pengumpulan wahyu-wahyu yang diterima Nabi melalui kedua cara
tersebut, baik sebagian atau seluruhnya.[2]
Pada mulanya, bagian
–bagian Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Muhammada dipelihara dalam ingatan
Nabi dan para sahabatnya. Tradisi hafalan yang kuat dikalangan masyarakat Arab
telah memungkinkan terpeliharanya al-Qur’an dalam cara semacam ini, jadi, setelah
menerima satu wahyu, Nabi menyampaikannya kepada para sahabatnya untuk
menghafalkannya.
Cara kedua yang
dilakukan dalam pemeliharaan al-Qur’an di masa Nabi adalah perekaman dalam
bentuk tulisan unit-unit wahyu yang diterima Nabi. Laporan paling awal tentang
penyalinan al-Qur’an secara tertulis bias ditemukan dalam kisah masuk islam
Umar ibn Khattab, yaitu empat tahun menjelang hijrahnya Nabi ke Madinah.[3]
Selain itu dari cara
menghafal ini, Rasulullah memerintahakan agar para sahabat yang pandai menulis segera
menuliskan ayat-ayat al-Qur’an yang telah dihafalkan oleh mereka. Diantara
sahabat yang diperintahkan untuk menulis ayat-ayat al-Qur’an adalah:[4]
a.
4
sahabat terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali
b.
Muawiyah
bin Abu Sufyan
c.
Zaid
bin Tsabit
d.
Ubay
bin Ka’ab
e.
Khalid
bin Walid.
Disampimg itu sahabat-sahabat terkemuka yang menghafal al-Qur’an
menutut hadits yang diriwayatkan Bukhari adalah:[5]
a.
Abdullah
ibnu Masu’d
b.
Salim
bin Mu’qil, dia adalah Maula Abu Huzaifah
c.
Mu’az
bin Jabal
d.
Zaid
bin Tsabit
e.
Abu
Zaid bin Sukun, dan
f.
Abu
Darda’
Menurut sumbr hadits
Bukhari, bahwa tujuh orang tersbutlah yang bertanggung jawab mengumpulkan
al-Qur’an menurut apa yang mereka hafal itu, dan yang dihafalnya itu
dikembalikan kepada Rasulullah. Jadi, melalui sanad-sanad mereka inilah
al-Qur’an sampai kepada kita seperti yang ada sekarang ini.
Daftar pustaka
al-Qattan Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa,
Amal Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta:PT
Pustaka
Anwar Abu, Ulumul Qur’an,Amzah,
Sinar Grafika Offset
[1] Manna’
Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
2007, hlm.178
[2]
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta:PT Pustaka,
Oktober 2013, hlm.142
[3]
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta:PT Pustaka,
Oktober 2013, hlm.143
[4] Abu Anwar, Ulumul Qur’an,Januari 2005,
Hlm.24
[5] Abu Anwar, Ulumul Qur’an,Januari 2005,
Hlm.25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar