Senin, 23 Mei 2016

TERJEMAHAN TAFSIR SYA'RAWI AYAT 6


Terjemahan tafsir asy-Sya’rawi ayat-6 surah al-Baqarah.
Sesudah Allah SWT. membicarakan tentang orang-orang mukmin, sipat-sipat mereka, balasan mereka di akhirat dan apa yang mereka nantikan berupa kebaikan yang besar. Allah tabaraka wata’la hendak menjelaskan kepada kita gambaran sebaliknya yakni orang-orang kafir. Dia menjelaskan kepada kita bahwasanya iman ialah sebagai kontrol untuk manusia dan penjelas bagi mereka di dunia dan di akhirat. Maka sebuah keniscayaan ada unsur kejahatan yang memerangi iman. Jika tidak ada kejahatan, maka akan ada kemudaratan bagi iman. Sesungguhnya orang mukmin menjaga dirinya dan lingkungan sekitarnya dari kejahatan yang ditimbulkan oleh kekafiran. Orang-orang kafir terbagi dua:
Pertama,Ingkar kepada Allah, mendengar kalam Ilahi kemudian menerimanya dengan akal  sehat lalu beriman
Kedua, Orang-orang yang tetap dalam kekafiran,permusuhan, kezaliman, memakan hak orang lain dan sebagainya.
Kelompok yang kedua ini mengetahui bahwasanya iman akan menghilangkan wibawa duniawi, usaha-usaha yang direalisasikan dengan cara  kezaliman dan perpecahan. Oleh karena itu kelompok kedua ini tidak beriman dan mengambil manfaat dari kekafiran. Tetapi bagaimana dengan oraang kafir  yang menerima agama Allah dengan baik? Mereka itulah orang-orang yang dibuka hatinya untuk beriman.
Kata kafir berarti menutup. Ka-fa-ra yakni sama dengan sa-ta-ra. Kafir kepada Allah ialah menutup (tidak mengakui) keberadaan Allah. Dan orang dikatakan menutup sesuatu jika yang ditutup itu sesuatu yang ada, karena kata menutup itu menunjukkan atas keberadaan sesuatu. Hal yang fundamental pada hakikatnya adalah percaya kepada Allah. Orang-orang kafir mencoba untuk menutupi akan adanya Allah. Seolah-olah meyakini tidak adanya Allah ialah iman yang sebenarnya, kemudian sifat lalai manusia menghalnagi mereka untuk meyakini adanya Allah agar mengekalkan kekuasaan mereka,mengeksploitasi, meninggikan derajat mereka atas orang lain. Kata kafir menurut asal usulnya kata iman lebih dulu dari pada kata kafir. Lalu Bagaimana?

Karena sesungguhnya penciptaan yang pertama adalah Adam yang diciptakan oleh Allah dengan ‘ kedua tangan’-Nya, ditiupkan ruh padanya dan Dia (Allah) memerintahkan malaikat untuk sujud kepadanya serta Dia mengajarinya semua nama-nama.
Sujudnya Malaikat dan mengajari nama-nama adalah satu hal yang sudah disaksikan.  Dan pada saat itu kekafiran belum ada. Dan menjadi kewajiban bagi Nabi Adam setelah diturunkan ke bumi dan berdomisidi di dalamnya untuk mengajari anak-anaknya cara menyembah agama Allah karena nabi Adam turun membawa tata cara tersebut (perintah dan larangan) demikian juga anak-anak Adam berkewajiban mengajari anak-anak mereka tata cara tersebut Demikian seterusnya. Tetapi dengan berlalunya waktu datanglah kelalaian bahwasanya iman itu akan mengekang gerak manusia di alam ini. Maka  orang-orang  yang ingin mengikuti hawa nafsunya mulai menempuh jalan kekafiran. Orang berakal, ketika mendengar kata kufur,  akan selalu mengingat bahwa ma’na kalimat kufur adalah menutupi sesuatu yang seharusya ada.  Maka bagaimana mungkin seseorang itu kafir dan menyekutukan yang lainnya untuk menutupi sesuatu yang benar-benar ada. dengan itulah engkau akan mendapati Allah yang Hak berfirman:
 {كَيْفَ تَكْفُرُونَ بالله وَكُنْتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ هُوَ الذي خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِي الأرض جَمِيعاً ثُمَّ استوى إِلَى السمآء فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}[البقرة: 29]
Artinya: bagaimna kamu ingakar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu dia menghidupkan kamu, kemudian dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
 sepertu itulah pertanyaan  itu datang. Lalu orang-orang  kafir tidak sanggup untuk menjawabnya. Karena Allah lah yang menciptakan dan membuatnya ada. Sementara itu tidak ada seorang pun dari kita yang mampu mengklaim bahwa dia menciptakan diri sendiri atau yang lainnya. maka keberadaan Zat Allah adalah menunjukkan atas keharusan beriman. Oleh karena itu Allah menanyai mereka dengan pertanyaan “ bagaimana kamu kafir kepada Allah dan menutupi keberadaan Zat yang menciptakan kamu semua?”
Dan menciptakan itu adalah hak prerogratif Allah tidak seorang pun yang mampu mengakui bahwa dia menciptkan dirinya sendiri. Fakta Bahwa kamu  diciptakan mengharuskan kamu beriman kepada Allah yang membuat kamu ada. Sesungguhnya itu adalah dalil Allah. Ketika seorang melihat sekitarnya dan mendapati segala yang ada di alam semesta ini ditundukkan padanya maka dia menduga dengan beriringnya dan berlalunya waktu, bahwa dia memiliki kekuasaan atas alam semesta ini. Oleh sebab itu dia hidup dan didalam fikirannya ada kekuatan sebab-sebab. Mengambil sebab-sebab dialah pelaku sebab-sebab,maka dia mendapatinya sebagai yang memberikan baginya. Kemudian dia tidak menoleh kepada yang menciptakan sebab akibat itu yang telah membuat aturan-aturan nya. Alah menunjukkan maksud ini didalam firmannya:
{كَلاَّ إِنَّ الإنسان ليطغى أَن رَّآهُ استغنى} [العلق: 6 - 7]
Artinya:sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas
Demikian itu karena manusia membajak tanah sehingga mendapatkan hasilnya. Kemudian dia berkeyakinan bahwa dialah yang telah menundukkan bumi itu dan membuat aturan-aturan sehingga bumi itu bisa memberinya apa yang dia kehendaki. Ia menekan tombol listrik kemudian tempat itu menjadi terang kemudian dia berkeyakinan bahwa dialah yang menciptakan listrik itu. Ia menaiki pesawat dan terbang melintasi awan kemudian dia berkeyakinan bahwa dialah yang membuat pesawat tersebut terbang. Dia melupakan karakteristik udara yang ditetapkan oleh Allah sehingga dia mampu menerbangkan pesawat itu. Dia menyalakan televisi dan dia melihat berita seluruh dunia dan dia berkayakinan bahwa hal itu terjadi karena kemampuannya. Dia lupa bahwa Allah-lah yang menetapkan aturan aturan khusus di angkasa (udara) sehingga dia itu bisa menteransper suara dan gambar dari ujung-ke ujung dunia lainnya. Inilah contoh-contoh di sekitar kita yang menunjukkan bahwa manusia menganggap bahwa dirinya-lah yang menundukkan semuanya. Padahal pada hakikatnya Allah-lah yang menundukkan semuanya, Allah-lah yang mnciptakan dan menetapkan aturan-aturan nya,  saya berkata jika kamu paham ma’na segala esensi segala sesuatu maka hal itu tidak akan terjadi padamu. Suatu yang esensial adalah sesuatu yang tidak pernah berubah selamanya. Suatu yang bukan esensi tersebut bisa berubah.
Jika kamu melihat pada esensi dirimu yang menipu dan menyesatkan kamu akan paham bahwa kata esensi itu artinya engkau tidak butuh pada selainmu. Bahkan segala sesuatu adalah darimu sedangkan kamu di seluruh hidupmu tidak memiliki esensi seperti itu karena segala sesuatu di sekitarmu berubah tanfa kehendakmu. Kamu adalah anak kecil yang membutuhkan ayahmu saat kamu kecil. Ketika kamu beranjak dewasa dan menjadi kuat kamu tidak bias menjadikan masa mudamu itu kekal karena waktulah yang memiliki, sedangkan masa-masa kamu terbatas. Maka ketika engkau mencapai usia senja maka engkau akan membutuhkan orang yang memagang tanganmu, minimal untuk memenuhi kebutuhan makan dan minummu.    
            Engkau bermula dengan masa kecil membutuhkan orang lain dan berakhir dengan masa tua juga membutuhkan orang lain. Ketika kamu ada di masa muda terkadang sakit yang bisa membuatmu tertunduk dan sulit (begerak) menimpa kamu. Apabila kamu punya ‘zat hakiki’ maka tolaklah penyakit itu dan katakan aku tidak akan sakit. Sungguh kamu tidak akan sakit. Allah SWT. Mewujudkan hal-hal yang bisa berubah ini sampai manusia bisa tiba dengan sendirinya dalam’ gurur’. Dan dia sadar bahwa dia punya kekuatan dan kemampuan karena sistem alam yang Allah tundukkan untuknya. Agar kita tahu bahwa kita semua membutuhkan zat yang maha kuasa yang adalah Allah. Dan adalah Allah dengan zatnya tidak membutuhkan seluruh makhluknya. Allah bisa merubah namun tidak berubah. Allah bisa membuat mati sesuatu namun wujudnya abadi. Allah bisa menciptakan kelemahan setelah kekuatan namun kekuatan-Nya abadi.  Apa yang dimiliki oleh manusia bisa rusak namun yang dimilki Allah tidak seperti itu. Dialah Allah yang ada di langit dan di bumi.
            Jadi, kamu tidak punya ‘Zatiyah’ yang membuat kamu berkata saya yang menumbuhkan alam semesta dengan alam kekuatanmu.karena sebenarnya kamu tidak punya kekuatan selalu ada dalam situasi tertentu dan membuatnya tidak berganti dan tidak berubah. Kalau begitu bagaimana bisa kalian kufur kepada Allah lalu menutupi keberadaanya. Semua yang ada di semesta dan tubuhmu adalah bukti dan atau tanda keberadaan Allah yang hak.  Menurut hemat saya golongan kafir terbagi menjadi dua:
Pertama, golongan yang kufur kepada Allah namun ketika datang petunjuk kepadanya akalnya membimbingnya untuk menyadari kebenaran dan kemudian mengimaninya.
Kedua, yang bersesuaian dengan definisi kuffar ia tetap kufur walaupun sudah datang padanya iman serta bukti-buktinya. Dia malah menentang dan mengkufurinya karena ia ingin mempertahankan kekuasaan duniawinya dan otoritasnya sebagai orang yang zalim dan sewenang-wenang. Ia tidak mau dilepaskan dari kedunya walaupun oleh kebenaran. Golongan inilah yang disebut Allah dalam ayat
{إِنَّ الذين كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ}
            Artinya: sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja atas mereka , engkau (Muhammada) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tiak akan berimana.
Mereka belum kafir karena penyampaian dari Allah belum menyentuh mereka, mereka juga belum dikatakan kafir karena mereka masih butuh ditunjukkan oleh Rasulullah pada jalan Allah. Mereka-lah yang menjadikan kufur sebagai prinsip hidup dan mereka-lah yang mengambil keuntungan dari kekufuran itu karean kekufuranlah yang membuat mereka jadi pemimpin dan mereka berbeda dengan yang lain karena kebatilan dan karena sifat mereka yang jika didatangi oleh keimanan yang mempersamakan manusia dan memangkas kezaliman mereka akan menjadi orang kebanyakan tidak berbeda satu hal pun dari yang lain.
            Inilah sosok kafir yang menjadikan kufur sebagai cara mendapatkan kekuasaan dunia serta pernak perniknya. Mereka akan tetap tidak akan beriman entah engkau ingatkan atau tidak. Ia menginginkan dunia dimana ia hidup didalamnya. Bahkan mereka-lah yang menentang agama dan memerangi semua kaum beriman karena mereka tahu bahwa iman melepaskan banyak keutungan darinya, oleh karena itu ketiadaan iman mereka bukan karena jalan iman belum disampaikan kepada mereka atau karena tidak ada seorang pun yang menunjukknya ayat-ayat Allah di bumi. Ketiadaan itu  lebih karena hidup mereka berprinsipkan kekufuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar